Ads

Minggu, 27 Maret 2016

Kisah si Bangau Merah Jilid 032

Ketika Thian-li-pang gagal mengadu domba empat partai persilatan besar karena campur tangan keluarga Kao Cin Liong yang mendamaikan dan menyadarkan para pimpinan empat partai besar, Thian-li-pang lalu berunding dengan Pek-lian-kauw dan mereka mencari jalan lain.

Kembali mereka menghubungi Siang Hong-houw (Permaisuri Harum) dan berhasil membujuk permaisuri itu untuk membantu mereka sehingga memungkinkan mereka menyelundupkan Ouw Cun Ki menjadi seorang panglima muda pasukan pengawal istana!

Siang Hong-houw yang masih mendendam kepada Kerajaan Mancu yang telah menghancurkan suku bangsanya, dengan senang hati membantu perjuangan Thian-li-pang, dengan janji bahwa Thian-li-pang tidak akan menggunakan kekerasan membunuh suaminya, Kaisar Kian Liong, seperti yang pernah terjadi ketika ada orang Thian-li-pang berusaha membunuh Kaisar itu namun dapat digagalkan.

Pihak Thian-li-pang menyanggupi, hanya mengatakan bahwa penyelundupan orang-orang Thian-li-pang ke istana bukan untuk membunuh Kaisar, melainkan untuk memata-matai semua siasat dan pertahanan sehingga akan memudahkan gerakan mereka menumbangkan kekuasaan pemerintah Mancu.

Demikianlah, karena pandainya membawa diri, Ouw Cun Ki yang dikenal dengan sebutan Ouw Ciangkun itu sebentar saja memperoleh kepercayaan dari para panglima lainnya yang lebih tinggi kedudukannya. Bahkan dengan siasat yang diatur oleh Pek-lian-kauw dan Thian-li-pang, beberapa kali Ouw Ciangkun telah "membuat jasa" dengan membasmi gerombolan penjahat yang seolah-olah diumpankan oleh dua perkumpulan pemberontak itu. Karena jasa-jasanya, maka Kaisar Kian Liong sendiri mendengar laporan Siang Hong-houw dan para panglima berkenan menaikkan kedudukan Ouw Ciangkun.

Karena mendapatkan kepercayaan sebagai seorang panglima muda yang setia, Ouw Can Ki mendapatkan kebebasan bergerak dan setelah demikian mulailah dia berani mengadakan kontak dengan Thian-li-pang.

Demikianlah, pada malam hari itu, dengan dalih berpesiar ke kota Heng-tai, Ouw Cun Ki mengadakan pertemuan rahasia di hotel besar itu dengan orang-orang Thian-li-pang dan Pek-lian-kauw untuk mengatur siasat selanjutnya.

Biarpun yang hadir di ruangan dalam hotel itu adalah orang-orang Pek-lian-kauw dan Thian-li-pang yang berilmu tinggi, namun karena mereka merasa yakin bahwa tidak mungkin ada orang berani mengganggu pertemuan itu, mereka tidak tahu bahwa ada dua pasang mata dan dua pasang telinga ikut melihat dan mendengarkan apa yang terjadi di dalam ruangan itu!

"Saya mengumpulkan dan mengundang para Locianpwe ke sini untuk merundingkan kelanjutan siasat yang sudah kita rencanakan semula. Saya hendak melaporkan bahwa segalanya berjalan dengan lancar dan sekarang telah terbuka kesempatan yang amat baik bagi kita untuk bertindak, untuk menyingkirkan semua pangeran yang menjadi saingan Pangeran Kian Ban Kok," kata Ouw Ciangkun.

"Coba jelaskan, bagaimana kesempatan itu? Kita harus bertindak hati-hati dan sekali ini begitu bertindak kita harus berhasil," kata Ang I Moli yang bersama dua orang tosu, yaitu Kwan Thian-cu dan Kwi Thian-cu menjadi utusan Pek-lian-kauw.

Mendengar pertanyaan Ang I Moli ini, semua orang memandang kepada Ouw Ciangkun karena semua orang juga ingin sekali mendengarkan jawabannya.

"Kesempatan ini memang sudah saya tunggu-tunggu selama berbulan-bulan ini," kata Ouw Ciangkun. "Dan akhirnya tiba juga kesempatan yang amat baik. Pada nanti tanggal lima belas bulan ini, tepat pada bulan purnama. Siang Hong-houw hendak menjamu semua pangeran dalam sebuah pesta taman untuk merayakan hari ulang tahunnya dan menikmati musim bunga dalam bulan purnama. Nah, pada kesempatan itulah seluruh pangeran berkumpul di sana dan mereka akan berpesta pada saat yang sama."

"Bagus!" Lauw Kang Hui berseru girang. "Kalau semua lalat itu sudah berkumpul, sekali tepuk kita akan dapat membunuh mereka semua!"

"Lauw-pangcu, engkau hendak menggunakan kekerasan menyerang ke taman itu?" Ang I Moli bertanya sambil mengerutkan alisnya.






Lauw Kang Hui tertawa.
"Ha-ha, jangan salah sangka, Moli. Kami tidak begitu bodoh untuk mempergunakan jalan kekerasan. Kami sudah berjanji kepada Siang Hong-houw untuk tidak menggunakan kekerasan dan kami tentu harus menjaga benar tindakan kami agar jangan melanggar janji. Pula, biarpun Ouw Cun Ki telah berhasil menghimpun satu regu pasukan pengawal pribadinya yang terdiri dari orang-orang kita sendiri, akan tetapi apa artinya seregu pasukan dalam istana, menghadapi pasukan pengawal yang amat besar jumlahnya? Tidak, kami akan menggunakan jalan yang paling halus, dan untuk ini, tentu saja kami mengharapkan bantuan dari para saudara di Pek-lian-kauw."

"Hemm, Lauw Pangcu, apa yang dapat kami bantu?" kata Kwi Thian-cu. "Bukankah Pangcu hendak menggunakan racun untuk meracuni para pangeran itu melalui hidangan? Nah, kalau tentang racun, siapa yang akan mampu menandingi para Locianpwe di Thian-li-pang seperti Ban-tok Mo-ko (Iblis Selaksa Racun) dan Thian-te Tok-ong (Raja Racun Langit Bumi)? Apa pula yang dapat kami lakukan untuk membantu kalian?”

"Totiang (Bapak Pendeta) harap jangan salah sangka. Memang kami sendiri sudah mempersiapkan racun yang amat kuat. Racun itu tidak ada rasanya bila dicampurkan arak. Akan tetapi, untuk melaksanakannya, kami membutuhkan bantuan seorang wanita yang cerdik dan lihai. Dan kami kira hanya Ang I Moli saja yang akan mampu melakukannya, yaitu menjadi kepala pelayan dari Siang Hong-houw, membantu dalam pesta itu bahkan bertugas menuangkan arak dalam cawan para pangeran. Nah, kesempatan menuangkan arak itulah dapat Moli pergunakan untuk mencampurkan racun kami. Siapa lagi yang akan mampu melakukannya kalau bukan Ang I Moli?"

"Aih, Lauw Pangcu. Bagaimana mungkin aku dapat melakukan tugas yang amat berbahaya itu? Baru saja memasuki istana, aku pasti akan diketahui dan ditangkap. Bagaimana aku akan mampu melawan para jagoan istana yang amat banyak?"

Lauw Kang Hui tertawa.
"Ha-ha, apakah Ang I Moli yang terkenal amat pandai dan lihai itu sekarang merasa takut?"

"Lauw Pangcu, harap jangan bicara sembarangan! Aku tidak pernah takut kepada siapapun juga! Akan tetapi, aku pun bukan seorang tolol yang tidak memakai perhitungan, dengan mata terpejam saja memasuki sarang singa dan mati konyol!" bantah Ang I Moli dengan muka menjadi merah.

Ouw Cun Ki segera menengahi dan berkata.
"Harap Bibi Ang I Moli tidak menyalah artikan maksud Lauw-susiok (Paman Guru Lauw)! Semua memang sudah kami atur dan rencanakan sebelumnya. Ketahuilah bahwa saya sendiri yang akan mengaturkan, agar Siang Hong-houw suka menerima Bibi menjadi kepala pelayan sehingga Bibi tidak akan dicurigai siapapun juga ketika melayani penuangan arak untuk para pangeran. Selain itu, juga saya akan mengerahkan pengawal untuk berjaga di taman itu, yang sebetulnya merupakan pengepungan untuk mencegah campur tangannya pihak luar.

Rencana kita sudah masak dan tidak akan gagal, hanya membutuhkan bantuan kecekatan dan kelihaian Bibi untuk mencampurkan bubuk racun itu ke dalam cawan para pangeran, kecuali cawan Pangeran Kian Ban Kok. Selain bantuan Bibi, juga kami membutuhkan bantuan para Locianpwe dari Pek-lian-kauw untuk menyamar menjadi anak buah pasukan pengawal saya, dan ketika pesta itu terjadi, agar para Locianpwe dari Pek-lian-kauw mengerahkan kekuatan sihir mereka untuk mempengaruhi para pangeran sehingga mereka akan tunduk dan akan minum arak mereka tanpa banyak bercuriga."

Ang I Moli mengangguk-angguk.
"Nah, kalau begitu tentu saja kami suka bekerja sama. Sebaiknya diatur dari sekarang. Tanggal lima belas tinggal tiga hari lagi."

"Karena itulah maka saya mengundang Cuwi (Anda Sekalian) mengadakan perundingan di sini. Memang sebaiknya kalau besok pagi Bibi sudah dapat saya selundupkan ke istana dan diterima oleh Siang Hong-houw. Adapun para Locianpwe yang akan menyamar sebagai anggauta pengawal saya, lebih mudah dilakukan. Malam ini pun bisa saja."

Mendengar percakapan itu, tentu saja Tan Sin Hong dan isterinya, Kao Hong Li menjadi terkejut bukan main. Kiranya komplotan itu bermaksud membunuh para pangeran dalam sebuah pesta tiga hari lagi di taman istana! Sin Hong memberi isarat kepada isterinya dan mereka pun meninggalkan tempat pengintaian itu dan kembali ke kamar mereka di belakang.

Ternyata Sian Li masih belum tidur dan masih menanti kembalinya ayah bundanya.
"Bagaimana, Ayah? Apakah Yo-suheng (Kakak Seperguruan Yo) berada di dalam sana?" Sian Li bertanya kepada ayahnya dengan suara penuh harap.

Sin Hong menggeleng kepalanya dan melihat sikap ibunya yang demikian serius, Sian Li segera bertanya,

"Ibu, ada terjadi apakah?"

Sin Hong dan Hong Li sudah sepakat untuk memberitahu puteri mereka. Sian Li bukan anak kecil lagi. Walau usianya baru dua belas tahun, namun anak ini cerdik dan sudah dapat mengetahui keadaan.

“Sian Li, telah terjadi hal yang amat penting.”

Lalu dengan suara lirih Hong Li menceritakan tentang segala yang telah mereka lihat dan dengar tadi. Mendengar cerita ibunya, Sian Li mengerutkan alisnya.

“Aih, kalau begitu, para pangeran itu terancam bahaya maut!” serunya khawatir. “Lalu apa yang akan dilakukan Ayah dan Ibu?”

“Engkau tahu betapa gawatnya keadaan, Sian Li,” kata Sin Hong dengan sikap serius.
“Ibu dan ayahmu harus cepat melakukan usaha untuk mencegah terjadinya kejahatan di istana itu. Maka, sebaiknya kalau engkau tinggal di kamar ini lebih dulu, agar gerakan kami tidak terhalang dan leluasa. Engkau tahu, kami menghadapi lawan-lawan yang amat jahat dan berbahaya, juga lihai. Lebih aman bagimu kalau engkau bersembunyi dulu di sini sampai kami kembali.”

Sian Li mengangguk-angguk. Ia maklum bahwa kalau ia ikut, tentu ayah dan ibunya tidak akan leluasa bergerak. Apalagi kalau sampai terjadi bentrokan, ia tidak akan dapat membantu bahkan menjadi beban perlindungan orang tuanya. Pihak lawan amat lihai, merupakan datuk-datuk sesat. Ilmu kepandaiannya masih jauh untuk dapat membantu orang tuanya.

“Akan tetapi, sebaiknya engkau bersembunyi saja di kamar, anakku. Kalau engkau membutuhkan makan minum, pesan saja kepada pelayan agar dibelikan dan dibawa ke sini. Jangan engkau bepergian keluar.”

“Baiklah, Ibu. Akan tetapi, apakah Ibu dan Ayah akan pergi malam-malam begini?”

“Benar, kami harus pergi sekarang juga. Tanggal lima belas tinggal tiga hari lagi. Bagaimanapun juga, besok pagi-pagi kami tentu sudah pulang,” kata Sin Hong.

“Andaikata belum selesai urusan ini pun kami tentu akan kembali ke sini untuk menjengukmu, Sian Li,” kata Hong Li.

“Baiklah, Ayah dan Ibu. Aku akan menanti di sini sampai Ayah dan Ibu kembali.”

Setelah sekali lagi memesan kepada anak mereka agar berhati-hati dan jangan keluar dari kamar, suami isteri pendekar itu lalu meninggalkan rumah penginapan, menggunakan kepandaian mereka sehingga tidak ada orang lain melihat mereka meninggalkan tempat itu.

**** 032 ****







OBJEK WISATA MANCA NEGARA

 Ngarai Sungai Ikan Namibia, Afrika
Ngarai Sungai Ikan Namibia, Afrika
 Taman Nasional Ala Archa Kirgistan
Taman Nasional Ala Archa Kirgistan
 Selat Drake Antartika Amerika
Selat Drake Antartika Amerika
 Istana Kekaisaran Tokyo
Istana Kekaisaran Tokyo
 Jembatan Gerbang Emas
Jembatan Gerbang Emas - Amerika
 Air Terjun Niagara
Air Terjun Niagara Prancis
 Grand Canyon
Grand Canyon Amerika
 Pasar Terbesar di Bangkok
Pasar Terbesar di Bangkok
 Taman Nasional Yellowstone
Taman Nasional Yellowstone - Amerika
Burj Khalifa - Dubai
Budj Khalifa Dubai
 Taj Mahal
Taj Mahal India
 Musium Amir Temur Uzbekistan
Musium Amir Temur Uzbekista
 Blackpool - Amerika
Blackpool Irlandia
 Taman Nasional Blue Mountain - Sydney
Taman Nasional Blue Mountain Sydney
 Jembatan Baja Terbesar di Australia
Jembatan Baja Terbesar di Australia
 Taman Nasional Kakadu Australia
Taman Nasional Kakadu Australia
 Danau Baikal Rusia
Danau Baikal Rusia
 Biara Meteora Yunani
Biara Meteora Yunani
 Pantai Bondi Australia
Pantai Bondi Australia
 Menara Eiffel Prancis
Menara Eiffel Prancis
 Musium Van Gogh Belanda
Musium Van Gogh Belanda
 Gedung Opera Sydney
Gedung Opera Sydney
 Gunung Meja Afrika
Gunung Meja Afrika
 Menara Kembar Petronas Malaysia
Menara Kembar Petronas Malaysia

===============================
 Selat Drake Antartika Amerika

 Taman Nasional Ala Archa Kirgistan

 Ngarai Sungai Ikan Namibia, Afrika