Ads

Selasa, 22 Maret 2016

Kisah si Bangau Merah Jilid 030

Kita tinggalkan dulu Yo Han yang dengan tekun berlatih ilmu digembleng kakek Ciu Lam Hok dalam sumur dan kita tengok keadaan di luar sumur.

Biarpun lenyapnya Yo Han yang mereka sangka tentu sudah mati bersama kakek Ciu Lam Hok di dalam sumur membuat para tokoh Thian-li-pang merasa agak kecewa karena mereka tadinya mengharapkan anak luar biasa itu kelak akan memperkuat Thian-li-pang, namun mereka mempunyai urusan yang lebih penting dan segera melupakan anak dan kakek itu yang mereka anggap sudah mati.

Pada saat Yo Han memasuki sumur pertama, para pimpinan Thian-li-pang mengadakan pertemuan penting, bahkan Thian-te Tok-ong dan Ban-tok Mo-ko juga hadir dalam pertemuan puncak itu.

Terdapat pula wakil dari Pek-lian-kauw, bukan saja Ang I Moli dan dua orang tosu Pek-lian-kauw yang selama ini memang sudah bekerja sama dengannya, yaitu Kwan Thian-cu dan Kui Thian-cu, bahkan ada seorang tosu tingkat tinggi dari Pek-lian-kauw datang pula, yaitu Pek Hong Siansu, seorang tokoh kelas dua dari Pek-lian-kauw yang mewakili pimpinan perkumpulan itu.

Mereka membicarakan tentang surat yang mereka terima dari kaki tangan Thian-li-pang yang mereka sebar sebagai mata-mata untuk melihat perkembangan permusuhan antara partai-partai persilatan besar yang sudah mereka adu domba. Bahkan pembunuhan atas diri Thian Kwan Hwesio di kuil Poteng adalah perbuatan para tokoh Thian-li-pang untuk memperuncing permusuhan akibat adu domba itu.

Dan surat yang mereka terima adalah surat laporan dari mata-mata mereka. Isinya amat mengecewakan hati para pimpinan Thian-li-pang dan Pek-lian-kauw. Laporan itu menyatakan bahwa kini permusuhan antara partai-partai persilatan itu mereda, dan tidak pernah terjadi bentrokan lagi. Semua itu akibat usaha bekas panglima Kao Cin Liong dan keluarga keturunan Pendekar Naga Sakti Gurun Pasir dan keturunan Pendekar Super Sakti Pulau Es.

Kao Cin Liong mengadakan perayaan ulang tahun yang ke enam puluh empat, dan keluarga para pendekar itu mengundang tamu-tamu dari dunia persilatan, termasuk empat partai besar, yaitu Siauw-lim-pai, Bu-tong-pai, Kun-lun-pai dan Go-bi-pai. Dalam pertemuan itu, di mana suasananya ramah karena semua tamu menghormati tuan rumah, Kao Cin Liong dan keluarganya, mengajak empat partai besar yang mengirim wakil-wakilnya untuk bicara secara terbuka dan dari hati ke hati.

Kao Cin Liong menceritakan tentang pembunuhan yang dilakukan terhadap Thian Kwan Hwesio, bahkan dia sendiri dan isterinya sempat terluka ketika membela hwesio itu. Biarpun sebelum meninggal Thian Kwan Hwesio mengatakan bahwa yang menyerangnya adalah orang-orang Bu-tong-pai, namun dia merasa curiga dan tidak percaya. Apalagi ketika para pimpinan Bu-tong-pai menyangkal.

Kao Cin Liong menceritakan tentang luka beracun akibat racun ular hitam yang biasanya hanya dipergunakan tokoh-tokoh sesat. Keterangan Kao Cin Liong yang dihormati semua utusan partai persilatan besar itu mendatangkan kesan, apalagi ketika Suma Ceng Liong yang namanya sudah amat terkenal dan amat disegani semua orang menyatakan pendapatnya, semua orang mendengarkan dengan penuh perhatian.

"Cu-wi adalah orang-orang yang selalu menjunjung tinggi kebenaran dan keadilan bersikap gagah dan bijaksana. Oleh karena itu, mengingat bahwa empat partai persilatan Siauw-lim-pai, Kun-lun-pai, Bu-tong-pai dan Go-bi-pai adalah partai-partai besar yang namanya selalu harum, memiliki murid-murid pendekar, maka tidak semestinya kalau para pimpinan empat partai itu hanya menuruti dendam dan kemarahan belaka. Saya sudah mendengar tentang peristiwa aneh di Gunung Naga.

Tentu Cuwi (Anda Sekalian) sependapat dengan saya bahwa peristiwa itu patut dicurigai. Mudah sekali dimengerti bahwa tentu ada pihak ke tiga yang agaknya sengaja hendak mengadu domba! Saya condong berpendapat bahwa pelaku-pelaku kejahatan itu, baik para pembunuh yang beraksi di Gunung Naga, maupun pembunuh Losuhu Thian Kwan Hwesio, sudah pasti pihak ke tiga yang hendak mengadu domba antara Siauw-lim-pai dan Bu-tong-pai! Oleh karena itu, apabila Cuwi tidak menghentikan permusuhan antara saudara sendiri, berarti Cuwi dengan mudah dapat dipermainkan pihak ke tiga yang mengadu domba."






Semua orang mengangguk dan menyatakan setuju dengan pendapat dari pendekar yang amat mereka hormati itu, dan diam-diam mereka pun menduga-duga siapa kiranya yang berani melakukan pembunuhan-pembunuhan untuk mengadu domba antara partai-partai persilatan.

Ada di antara mereka yang menduga bahwa pihak ketiga itu mungkin saja perintah Kerajaan Mancu yang tentu saja ingin melihat partai-partai persilatan itu saling bermusuhan dan menjadi hancur atau lemah sendiri agar tidak membahayakan pemerintah lagi. Akan tetapi Kao Cin Liong menggeleng kepala.

"Bukan karena saya pernah menjadi panglima Kerajaan Mancu maka saya terpaksa tidak menyetujui dugaan itu. Kita semua tahu bahwa Kaisar Kian Liong, biarpun dia seorang Mancu dan sebagai manusia biasa tentu saja mempunyai kelemahan-kelemahannya, sejak muda dia sudah bergaul akrab dengan para pendekar. Dia seorang yang selalu bersikap bijaksana dan ingin bersahabat dengan partai-partai persilatan besar. Dia pun amat cerdik, maka saya tidak percaya bahwa dia akan melakukan suatu kebodohan dengan memusuhi para partai persilatan besar dan menjadikan mereka sebagai musuh. Hal itu hanya akan membuat kedudukannya lemah. Tidak, saya yakin bahwa bukan pemerintah yang menjadi pihak ke tiga itu. Perbuatan itu bukan menolong pemerintah, melainkan membahayakannya."

Semua orang setuju dengan pendapat bekas panglima itu. Akan tetapi mereka menjadi semakin bingung. Lalu siapa lagi yang patut dicurigai dan dituduh menjadi pihak ke tiga yang mengadu dombakan mereka? Akhirnya Kao Cin Liong yang memberi usul.

"Yang terpenting lebih dulu adalah persatuan di antara kita semua. Setelah kita yakin bahwa ada pihak ke tiga yang mengadu domba, maka para pimpinan masing-masing harus menjaga sekuatnya agar tidak ada anak buah atau murid yang saling bermusuhan lagi. Semua murid harus diberi tahu bahwa permusuhan itu timbul karena adu domba, dan semua bentrokan yang pernah ada agar dianggap selesai saja. Tidak ada dendam, tidak ada permusuhan sehingga dengan sikap demikian kita mendapatkan dua keuntungan. Pertama, kita menggagalkan niat busuk pihak ke tiga itu. Ke dua suasana menjadi tenteram dan dalam keadaan tenteram itu, kita semua bekerja sama untuk melakukan penyelidikan agar pihak ke tiga itu dapat kita ketahui siapa dan kelak kita bersama mengambil tindakan terhadap mereka."

Kembali semua orang setuju dan pertemuan itu benar-benar menjadi sebuah pesta yang menggembirakan di mana para wakil empat partai persilatan itu dapat berbincang-bincang dengan hati lega karena semua perasaan dendam telah dihapus dengan penuh pengertian bahwa mereka semua menjadi korban fitnah dan adu domba.

Demikianlah, para mata-mata Thian-li-pang melaporkan semua peristiwa itu kepada pimpinan Thian-li-pang dan Pek-lian-kauw. Tentu saja para pimpinan itu menjadi kecewa bukan main.

"Ini kesalahan Si Keparat Thian Kwan Hwesio itu!" kata Ouw Ban, Ketua Thian-li-pang sambil mengepal tinju. "Dia dapat melarikan diri ke atas rumah keluarga Kao Cin Liong sehingga melibatkan keluarga itu. Dan sekarang, keluarga itu pula yang menggagalkan siasat yang telah kita atur sebaiknya."

"Memang. itu suatu kesialan," kata gurunya, yaitu Ban-tok Mo-ko. "Kita atur semua itu dengan tujuan agar empat partai persilatan saling bermusuhan. Akan tetapi kini mereka tidak saling bermusuhan lagi bahkan menyadari bahwa ada pihak ke tiga yang mengadu domba. Semua ini adalah akibat ikut campurnya keluarga Kao Cin Liong"

"Kita sikat saja mereka! Kita basmi Kao Cin Liong dan keluarganya!" kata pula Lauw Kang Hui, wakil ketua Thian-li-pang dengan muka merah.

"Hemm, usul yang bodoh sekali itu!" tiba-tiba Thian-te Tok-ong yang sejak tadi diam saja, kini berkata dan semua orang memandang kakek itu.

Semua orang di situ takut dan menghormati kakek yang hampir tidak pernah keluar dari dalam guha tempat pertapaannya itu. Hanya untuk urusan yang amat penting saja dia mau bertemu dengan pimpinan Thian-li-pang seperti sekarang ini.

"Apakah kalian tidak tahu siapa Kao Cin Liong itu? Dia keturunan Naga Sakti Gurun Pasir, dan isterinya adalah keturunan Pendekar Super Sakti Pulau Es. Kalau kita memusuhi mereka, kedua keluarga itu dapat mendatangkan kegagalan kepada kita, bahkan mungkin Kehancuran. Kita akan membentur batu karang kalau memusuhi mereka. Dan pula, apa untungnya memusuhi mereka? Tujuan kita hanya satu, menghancurkan pemerintah Kerajaan Mancu!"

Semua orang saling pandang dan berdiam diri. Apa yang dikatakan datuk dari Thian-li-pang itu memang tepat.

"Siancai....!" Pek Hong Siansu, tokoh Pek-lian-kauw itu tiba-tiba berseru, "Agaknya jalan satu-satunya haruslah menyalakan api pertentangan antara empat partai itu dengan kerajaan! Sekarang kita harus berusaha membujuk Kaisar Mancu untuk memusuhi mereka."
Semua orang mengangguk-angguk menyatakan persetujuan mereka.
"Sayang sekali hubungan baik yang sudah kita rintis dengan Siang Hong-houw kini telah putus," kata Ouw Ban Ketua Thian-li-pang. "Bahkan kita kehilangan murid kita terbaik, Ciang Sun yang gagal membunuh Kaisar Kian Liong dan dia tewas."

"Muridmu itu tergesa-gesa," kata pula Thian-te Tok-ong. "Membunuh Kaisar dan para pangeran yang dapat menggantikannya harus dilakukan dengan cara halus. Kita dapat menggunakan racun. Akan tetapi harus mencari kesempatan yang baik dan untuk itu kita harus bersabar dan menggunakan waktu. Juga hubungan dengan Pangeran Kian Ban Kok harus dipererat agar kalau sudah tiba masanya, dia tidak akan menolak. Sebaiknya kita dekati lagi Siang Hong-houw dan kita menyelundupkan orang ke istana. Walau harus menunggu bertahun-tahun, akan tetapi kita harus bersabar dan sekali bergerak harus berhasil."

"Bagus sekali! Apa yang dikatakan oleh Locianpwe Thiata-te Tok-ong memang tepat. Kami dari Pek-lian-kauw amat menyetujuinya. Kami juga akan menyusun kekuatan dan siap bergerak apabila sudah mendapat kesempatan baik. Untuk sementara ini, sebaiknya kita dari Pek-lian-kauw maupun Thian-li-pang menahan kesabaran agar jangan melakukan gerakan yang kasar dulu, agar tidak mengejutkan pihak lawan sehingga mereka dapat siap siaga," kata Pek Hok Siansu dari Pek-lian-kauw.

Demikianlah, para pemberontak ini akhirnya bersepakat untuk sementara tidak melakukan gerakan keluar, tidak menggunakan kekerasan, melainkan menggunakan siasat halus untuk menyusup ke dalam istana, menghubungi kembali Siang Hong-houw dan Pangeran Kian Ban Kok, dan menyusun kekuatan.

**** 030 ****







OBJEK WISATA MANCA NEGARA

 Ngarai Sungai Ikan Namibia, Afrika
Ngarai Sungai Ikan Namibia, Afrika
 Taman Nasional Ala Archa Kirgistan
Taman Nasional Ala Archa Kirgistan
 Selat Drake Antartika Amerika
Selat Drake Antartika Amerika
 Istana Kekaisaran Tokyo
Istana Kekaisaran Tokyo
 Jembatan Gerbang Emas
Jembatan Gerbang Emas - Amerika
 Air Terjun Niagara
Air Terjun Niagara Prancis
 Grand Canyon
Grand Canyon Amerika
 Pasar Terbesar di Bangkok
Pasar Terbesar di Bangkok
 Taman Nasional Yellowstone
Taman Nasional Yellowstone - Amerika
Burj Khalifa - Dubai
Budj Khalifa Dubai
 Taj Mahal
Taj Mahal India
 Musium Amir Temur Uzbekistan
Musium Amir Temur Uzbekista
 Blackpool - Amerika
Blackpool Irlandia
 Taman Nasional Blue Mountain - Sydney
Taman Nasional Blue Mountain Sydney
 Jembatan Baja Terbesar di Australia
Jembatan Baja Terbesar di Australia
 Taman Nasional Kakadu Australia
Taman Nasional Kakadu Australia
 Danau Baikal Rusia
Danau Baikal Rusia
 Biara Meteora Yunani
Biara Meteora Yunani
 Pantai Bondi Australia
Pantai Bondi Australia
 Menara Eiffel Prancis
Menara Eiffel Prancis
 Musium Van Gogh Belanda
Musium Van Gogh Belanda
 Gedung Opera Sydney
Gedung Opera Sydney
 Gunung Meja Afrika
Gunung Meja Afrika
 Menara Kembar Petronas Malaysia
Menara Kembar Petronas Malaysia

===============================
 Selat Drake Antartika Amerika

 Taman Nasional Ala Archa Kirgistan

 Ngarai Sungai Ikan Namibia, Afrika