Ads

Rabu, 17 Februari 2016

Kisah si Bangau Putih Jilid 014

Setelah menyelamatkan Ciok Kim Bouw, ketua Cin-sa-pang yang hampir saja tewas di tangan Sin-kiam Mo-li, dan mengobati luka beracun di tangan ketua itu, tanpa memperkenalkan diri lagi, Tan Sin Hong segera pergi dengan cepat. Dia tidak ingin terlibat dalam urusan orang lain dan dia juga tidak mengenal siapa orang yang nyaris tewas di tangan Sin-kiam Mo-li itu. Kalau dia turun tangan membantu orang itu hanyalah karena orang itu terancam maut di tangan Sin-kiam Mo-li yang sudah dia ketahui kejahatannya.

Sin Hong melanjutkan perjalanannya dengan secepatnya menuju ke kota raja. Dia harus menemukan orang kaya yang disebut Lay Wangwe (Hartawan Lay) itu, karena agaknya hanya kalau dia menemukan Lay Wangwe, maka dia akan melanjutkan penyelidikannya tentang kematian ayahnya yang penuh rahasia itu. Dia percaya bahwa tidak akan sukar mencari orang itu karena ciri-cirinya. Pertama, nama keturunannya Lay, kaya raya dan kepalanya botak perutnya gendut. Tentu tidak banyak orang yang sekaligus memiliki ciri-ciri itu.

Akan tetapi, setelah kurang lebih sepekan. dia melakukan penyelidikan di kota raja, dia tidak berhasil menemukan orang yang dicari-carinya. Ada hartawan Lay, bahkan ada beberapa orang di kota raja yang kaya dan she Lay, akan tetapi kepalanya tidak botak walaupun ada yang gendut. Kalau ada yang kepalanya botak dan gendut, namanya bukan Lay, juga tidak kaya raya.

Namun, tetap saja dia menyelidiki orang kaya yang she Lay, botak atau tidak dan tidak ada seorang pun di antara mereka yang pernah mengirim seratus kati emas dari Ban-goan ke Tuo-lun.

Akhirnya Sin Hong mengambil kesimpulan bahwa nama Lay Wangwe itu mungkin sekali palsu, hanya untuk pancingan saja. Bahkan mungkin peti yang katanya berisi seratus tail emas itu pun bohong, dan sengaja dipergunakan untuk selain membunuh Tan-piauwsu, juga menyita perusahaannya untuk mengganti rugi! Dan siapa lagi yang membutuhkan kejatuhan Peng An Piauwkiok kecuali saingannya? Dan saingan terbesar dari Peng An Piauwkiok adalah Ban-goan Piauwkiok yang dikepalai Kwee Tay Seng! Selain saingan dalam urusan perusahaan, juga saingan dalam urusan wanita!

Siapa tahu kalau Ciu-piauwsu memang benar dalam tuduhannya bahwa Kwee-piauwsu yang melakukan pembunuhan-pembunuhan itu, baik terhadap ayahnya maupun terhadap Tang-piauwsu. Pertama karena dendam kekalahannya memperebutkan wanita, dan ke dua karena persaingan dalam urusan perusahaan.

Memang kini, setelah penyelidikannya terhadap orang bernama Lay Wangwe gagal, satu-satunya orang yang dapat dicurigai adalah Kwee-piauwsu. Maka dia pun memutus kan untuk segera kembali ke Ban-goan untuk melakukan penyelidikan terhadap Kwee-piauwsu dan menunda niatnya berkunjung kepada Kao Cin Liong, suhengnya yang tinggal di Pao-teng, sebelah selatan kota raja.

Malam itu bulan purnama. Langit amat bersih, hanya ada awan putih tipis yang amat mengganggu sinar bulan sehingga cuaca amat bersih dan terang, suasana amat menggembirakan. Namun bersama dengan sinar bulan yang indah datang pula angin dingin yang memaksa orang-orang yang tadinya menikmati keindahan sinar bulan di luar rumah, memasuki rumah yang lebih hangat.

Hawa yang amat dingin membuat orang sore-sore sudah memasuki kamar tidur dan menjelang tengah malam suasana di kota Ban-goan sudah amat sunyi. Sebagian besar penduduknya sudah tidur nyenyak.

Ban-goan Piauwkiok juga nampak sunyi walaupun setiap malam ada saja anggauta piauwkiok yang melakukan penjagaan secara bergilir di dalam gardu penjagaan di sudut luar perusahaan itu berkantor di depan, sedangkan rumah tinggal Kwee-piauwsu berada di bagian belakang.

Pekerjaan sebagai pimpinan piauwkiok (perusahaan pengawal barang) tentu saja mempunyai banyak musuh yaitu para penjahat, para perampok yang suka mengganggu pengawalan barang. Oleh karena itu, maka semua pimpinan perusahaan piauwkiok selalu berhati-hati dan kantor bersama tempat tinggal mereka selalu dijaga oleh anak buah secara bergilir.

Malam itu terlampau dingin bagi empat orang piauwsu yang bergilir jaga di dalam gardu penjagaan. Tadi mereka masih berusaha melewatkan waktu dengan bermain kartu, akan tetapi hawa dingin membuat mereka mengantuk sekali dan kini keempat orang itu duduk berhimpit di dalam gardu jaga, menghangatkan tubuh dengan membuat api unggun di luar gardu.

Apalagi dalam keadaan kedinginan dan bersembunyi di dalam gardu, andaikata mereka itu berada di luar gardu, berjaga dengan waspada sekalipun, tak mungkin mereka akan dapat melihat bayangan orang yang berkelebat dengan amat cepatnya, hanya nampak berkelebat seperti bayangan burung yang terbang di udara. Bayangan itu dengan kecepatan luar biasa telah melompati pagar tembok yang mengelilingi rumah besar itu dan telah menyelinap ke dalam taman di sebelah kanan rumah.

Setelah melihat dengan teliti dan mendapat kenyataan bahwa tidak ada penjaga di situ, juga di atas genteng nampak sunyi saja, bayangan itu lalu melayang naik ke atas genteng rumah. Bayangan itu adalah Tan Sin Hong yang sedang melakukan penyelidikan di rumah keluarga Kwee, tidak tahu dengan jelas apa yang akan dilakukan dan bagaimana harus memulai dengan penyelidikannya itu. Dia merasa yakin bahwa dalam hawa sedingin itu, tidak mungkin ada orang berjaga di atas genteng dan menentang hembusan angin malam yang amat dinginnya. Bulan masih nampak cemerlang di atas, dan suasana sunyi sekali.

Sejenak Sin Hong termenung. Dia mengingat kembali ketika Ciu-piauwsu mendatangi rumah ini dan menantang Kwee-piauwsu, teringat betapa gagah dan tenangnya Kwee-piauwsu dan betapa piauwsu itu menyangkal bahwa dia telah membunuh Tan-piauwsu, atau pun Tang-piauwsu. Dia menjadi ragu-ragu. Apa yang harus dicarinya dan bagaimana dia harus memulai penyelidikannya? Ah, siapa tahu, Tuhan akan membantunya dan mungkin saja dia akan melihat atau mendengar sesuatu yang akan dapat membantu penyelidikannya.

Maka, setelah mempelajari keadaan dalam gedung itu dari atas, dia pun lalu melayang turun lagi, kini kesebelah dalam dan dia turun dekat lapangan terbuka, di antara deretan kamar dan lorong menuju ke ruangan besar. Dengan penuh keyakinan bahwa semua penghuni rumah itu telah pulas, dia pun melangkah dengan hati-hati memasuki ruangan yang nampak gelap karena tidak memperoleh sinar bulan, sedangkan dalam ruangan itu tidak ada lampunya.

Akan tetapi, dapat dibayangkan betapa kagetnya ketika dia melangkah masuk, tiba-tiba saja terdengar bentakan suara wanita,

“Pencuri jahat, berani engkau mencuri ke sini?”

Dan dari angin yang menyambar di tempat gelap, tahulah Sin Hong bahwa ada sebatang pedang menyambar ke arah dadanya! Cepat dia meloncat keluar kembali dan dia membuka pintu kamar. Kalau dia mau meloncat dan melarikan diri pada saat itu, kiranya tidak akan terlambat. Akan tetapi Sin Hong tidak melakukan hal ini. Dia maklum bahwa dia telah ketahuan orang dan disangka pencuri. Kalau dia melarikan diri dan ketahuan siapa dirinya, tentu hal ini amat tidak baik bagi namanya dan dia akan disangka sebagai penjahat.






Mengapa tidak menghadapi saja mereka dengan terang-terangan dan mengajak Kwee-piauwsu bicara tentang kematian ayahnya dan Tang-piauwsu? Dari sikap dan kata-kata Kwee-piauwsu dalam percakapan itu, dia akan dapat menduga apa sebenarnya peran piauwsu itu dalam urusan ini. Maka, dia pun tidak mau meloncat pergi, melainkan menanti saja di luar ruangan itu dan wajahnya dapat kelihatan jelas karena selain cahaya lentera dan lampu yang tergantung di situ menerangi wajahnya, juga sinar bulan membuat tempat itu cukup terang.

Orang pertama yang melompat keluar dari dalam ruangan itu adalah seorang gadis berusia kurang lebih delapan belas tahun yang manis sekali. Gadis ini bertubuh sedang, dengan sepasang kaki nampak panjang, tubuh yang padat dan ranum, tubuh seorang dara yang mulai dewasa. Rambutnya hitam lebat dan panjang sekali, dikuncir menjadi dua diikat dengan pita merah. Dua kuncir itu bergantungan sampai ke pinggulnya.

Pinggangnya ramping ketika ia bergerak meloncat ke luar dengan pedang di tangan kanan dan sebuah lentera besar dan baru saja dinyalakan di tangan kiri. Dari cahaya lampu ini, nampak jelas oleh Sin Hong wajah gadis itu. Kulitnya agak hitam, akan tetapi manis bukan main, terutama sekali mulutnya. Sepasang bibirnya berbentuk indah seperti gendewa terpentang, dengan garis yang jelas dan bibir itu penuh dan merah basah, sedikit terbuka memperlihatkan kilauan gigi putih seperti mutiara dan sepasang matanya tajam memandang Sin Hong penuh selidik.

Agaknya gadis itu tertegun dan agak heran melihat betapa “maling” yang mampu mengelak dari serangannya tadi tidak melarikan diri melainkan berdiri di situ menanti dan tak disangkanya bahwa penjahat itu seorang laki-laki muda yang berpakaian serba putih, wajahnya biasa saja, akan tetapi sinar matanya demikian lembut dan mulutnya terhias senyum ramah dan menarik! Sama sekali bukan wajah seorang pencuri atau penjahat yang kejam dan ganas, melainkan wajah seorang pemuda yang ramah dan baik hati.

Akan tetapi karena ia merasa curiga melihat munculnya pemuda tak dikenal, di tengah malam, memasuki ruangan gelap di mana ia tadi berlatih samadhi, ia pun kini mendekati dan menodongkan pedangnya dengan sikap mengancam.

“Menyerahlah sebelum pedangku yang bicara!” Pedangnya menodong dada dan lampu di tangannya diangkat menerangi muka Sin Hong.

“Tahan, jangan serang dia!”

Tiba-tiba terdengar suara memerintah. Mendengar suara ayahnya, gadis itu melangkah mundur dan menurunkan pedangnya, namun sikapnya masih mengancam.

“Ayah, dia telah memasuki ruangan lian-bu (latihan silat) seperti seorang pencuri!” bantahnya.

Kwee Tay Seng atau Kwee-piauwsu tidak menjawab, hanya melangkah menghampiri Sin Hong. Sejak tadi dia menatap wajah itu dan kini dia sudah berhadapan dengan Sin Hong, matanya masih terus mengamati wajah pemuda berpakaian putih yang berdiri di situ dengan sikap tenang dan juga sedang memandangnya.

“Kau.... kau seperti pernah melihatmu.... ah, engkau mirip sekali dengannya....! Bukankah engkau ini putera mendiang Tan-piauwsu”.

Sin Hong merasa heran mendengar ini, akan tetapi dia pun teringat akan hubungan pria yang gagah ini dengan mendiang ibunya, dan dia tahu bahwa wajahnya memang mirip dengan wajah ibunya.

“Ayah, kalau dia benar putera Tan-piauwsu, jelas bahwa dia datang bukan dengan niat baik. Tadi dia meloncat turun dari atas genteng dan menyelinap masuk seperti pencuri. Aku yang berada di dalam ruangan gelap, dapat melihat dengan jelas. Begitu dia melangkah masuk, aku telah menyerangnya, akan tetapi dia meloncat keluar lagi.” Kwee Ci Hwa, puteri Kwee-piauwsu itu, berkata lagi.

“Orang muda, aku mengenal mendiang ayahmu sebagai seorang gagah, dan engkau tentu seorang pemuda yang gagah pula. Marilah kita bicara secara jantan dan terbuka, daripada engkau harus datang secara gelap begini. Silahkan masuk dan mari kita bicara di dalam.”

Sin Hong merasa malu sendiri dan dia pun mengangguk, lalu mengikuti tuan rumah memasuki ruangan tadi, diikuti oleh Ci Hwa yang membawa lampu. Ternyata ruangan itu luas dan bersih, hanya terdapat beberapa buah bangku di dekat dinding dan selanjutnya kosong karena ruangan itu adalah sebuah tempat berlatih silat.

Ci Hwa menaruh lampu itu di atas meja kecil, dan dinyalakan lagi tiga buah lentera lain dan digantungkan di dinding sehingga kini ruangan itu menjadi terang. Kwee-piauwsu mempersilakan Sin Hong duduk di atas bangku, kemudian dia sendiri dan puterinya duduk menghadapinya.

“Orang muda, katakanlah siapa engkau sebenarnya,” kata Kwee-piauwsu.

“Tidak salah dugaanmu tadi, Paman Kwee. Aku adalah Tan Sin Hong, dan yang menyebabkan aku malam ini datang menyelundup seperti seorang pencuri adalah karena aku hendak menyelidiki tentang kematian ayahku dan kematian paman Tang Lun.”

“Sungguh aneh,” kata Ci Hwa yang sejak tadi diam saja. “Menyelidiki kematian mereka, kenapa harus mencari di sini? Apakah pembunuh mereka berada di sini?”

Kwee-piauwsu mengeluh panjang dan pada saat itu, terdengar suara berisik dan ternyata ada beberapa orang anggauta piauwkiok yang meronda dan agaknya mereka merasa heran dan curiga melihat betapa ada suara orang bicara di lian-bu-thia yang juga nampak terang.

“Ci Hwa, engkau keluarlah dan tenangkan mereka. Aku hendak bicara berdua dengan Tan Sin Hong.”

Biarpun gadis itu memandang kecewa karena ia pun ingin sekali mengetahui kelanjutan dari munculnya pemuda itu, namun ia tidak membantah ayahnya, dan ia pun segera keluar dan tak lama kemudian, para anggauta piauwkiok pergi meninggalkan tempat itu, melanjutkan perondaan.

“Sin Hong, sudah dua kali ini orang mencurigai aku sebagai pembunuh ayahmu dan Tang-piauwsu. Padahal, aku sama sekali tidak tahu menahu tentang peristiwa itu. Ketahuilah, bahwa dahulu persaingan yang terjadi antara aku dan ayahmu adalah persaingan sehat dua orang yang memiliki perusahaan yang sama. Kami sama-sama bersaing untuk memperoleh kepercayaan langganan dengan pelayanan sebaiknya, bukan persaingan dengan saling menjatuhkan.

Pernah Ciu Hok Kwi, piauwsu muda yang belum lama menjadi piauwsu itu pun menuduh aku yang membunuh Tang-piauwsu sehingga dia datang ke sini dan mendatangkan keributan. Dan sekarang engkau sendiri, putera Tan-piauwsu datang ke sini tentu mempunyai dugaan pula bahwa aku yang telah membunuh ayahmu dan Tang-piauwsu. Sungguh membuat aku merasa penasaran sekali!” Kakek itu mengeluh dan mengepal tinju.

Tidak kusangkal bahwa aku dan ayahmu bersaingan dalam memajukan perusahaan masing-masing, akan tetapi aku, Kwee Tay Seng, selama hidupku belumlah demikian rendah untuk menggunakan cara-cara kotor, apalagi sampai melakukan pembunuhan dengan curang!”

Sejak tadi Sin Hong menatap wajah kakek itu dengan penuh perhatian dan melihat sikap dan suara Kwee-piauwsu, memang sukar dipercaya orang segagah ini melakukan kecurangan seperti itu, membunuh dengan sembunyi-sembunyi. Akan tetapi masih ada sesuatu yang membuat Sin Hong penasaran, maka dengan terus terang dia berkata,

“Paman Kwee, selain persaingan dalam perusahaan, aku pernah mendengar dari Tang-piauwsu bahwa dahulu, antara mendiang ibuku dan engkau....“

“Aihhhhh....!” Kwee Tay Seng menghela napas panjang dan mengangguk-angguk, mukanya berubah lesu.

“Inilah sebabnya mengapa aku menyuruh Ci Hwa pergi meninggalkan kita. Aku memang hendak membicarakan hal ini, karena aku sudah menduga bahwa tentu ini merupakan satu di antara sebab mengapa aku yang dicurigai. Tadi pun, ketika melihatmu, aku sudah dapat menduga bahwa engkau tentulah putera Bwee Hwa, wajahmu demikian mirip dengannya. Sin Hong, tidak perlu kusangkal lagi. Memang di waktu kami muda, terdapat pertalian cinta antara aku dan ibumu, akan tetapi sungguh sayang, orang tua kedua pihak tidak setuju sehingga kami terpaksa saling berpisah.

Namun, kemudian aku melihat betapa ia, ibumu yang dulu pernah menjadi kekasihku itu, hidup dengan bahagia bersama Tan Hok, ayahmu. Aku cinta kepada ibumu, maka, lebih tak masuk di akal lagi kalau aku ingin membikin ia sengsara dengan membunuh suaminya! Aku belumlah gila, dan cintaku adalah cinta suci, bukan cinta nafsu belaka yang menimbulkan iri. Tidak, Sin Hong, aku tidak akan mengganggunya seujung rambut pun, akan tetapi aku mendengar bahwa ketika menyusul suaminya ke utara, rombongannya dihadang perampok dan ia meninggal.“

Sunyi sejenak dan Sin Hong termangu-mangu. Dia sedikit pun tidak meragukan kebenaran Kwee-piauwsu. Yang mencelakakan dia dan ibunya, yang melakukan penghadangan terhadap rombongan ibunya, juga orang-orang berkedok. Tidak mungkin Kwee-piauwsu yang memimpin penghadangan itu dan membikin celaka ibunya, wanita yang dicintanya.

Keterangan dan perasaan hatinya itu melegakan hatinya, akan tetapi juga mendatangkan rasa kecewa dan penasaran. Hatinya lega karena dia yakin orang tua gagah ini bukan pembunuh ayahnya dan Tang-piauwsu, akan tetapi dia penasaran dan kecewa karena kini putuslah sudah jalur penyelidikannya. Setelah Kwee-piauwsu terlepas dari daftar orang yang dicurigai, maka tidak ada lagi orang yang dapat dicurigainya!

Pada saat itu terdengar suara Ci Hwa dari luar.
“Ayah, bolehkah aku masuk?”

Gadis itu masih ingin melihat bagaimana kelanjutan dari urusan dengan pemuda she Tan itu. Karena cerita tentang Bwee Hwa, ibu Sin Hong, sudah mereka bicarakan dan tidak akan diulang lagi, maka Kwee Tay Seng lalu menjawab.

“Masuklah, Ci Hwa.”

Gadis itu masuk dan duduk di dekat ayahnya.
“Bagaimana urusannya dengan dia ini, Ayah?”

Sin Hong memandang kepada gadis itu dan membungkuk.
“Nona, akulah yang bersalah. Ayahmu tidak tahu apa-apa tentang kematian ayahku dan Paman Tang, karena itu maafkan aku. Paman Kwee, maafkan aku.“

Melihat sikap pemuda itu yang nampak kecewa, Kwee-piauwsu berkata,
“Sin Hong, aku dapat merasakan kekecewaanmu. Engkau kehilangan ayah-ibu, tentu saja engkau ingin membalas dendam kepada mereka yang telah membunuhnya.”

“Ibu, bukan dibunuh orang, melainkan meninggal karena badai di gurun pasir, Paman”

Dengan singkat dia pun lalu menceritakan betapa rombongan ibunya yang dikawal oleh mendiang Tang-piauwsu diserang oleh orang-orang berkedok dan dia bersama ibunya menunggang onta melarikan diri memasuki gurun pasir sampai ibunya meninggal di gurun pasir. Sampai di sini dia menghentikan ceritanya karena dia tidak ingin bercerita tentang guru-gurunya hanya menyambung dengan kata-kata yang tegas.

“Dan aku sama sekali tidak ditekan dendam Paman. Kalau aku mencari pembunuh-pembunuh itu, bukan terdorong dendam pribadi, melainkan karena perbuatan yang sedemikian jahatnya itu harus kuselidiki. Apa sebabnya ayah dibunuh, dan kalau pembunuhnya memang melakukannya karena kejahatan, maka kejahatan harus ditentang dan dihukum, Paman.”

Kwee-piauwsu mengangguk-angguk.
“Akan tetapi, sampai sejauh mana penyelidikanmu? Aku.... aku ingin membantumu, orang muda, karena aku pun merasa penasaran sekarang, apalagi karena akulah yang dituduh melakukan perbuatan kejam itu.”

Suara Kwee-piauwsu terdengar penuh kesedihan dan memang dia merasa berduka sekali mendengar tentang kematian Bwee Hwa, bekas kekasihnya dan biarpun Bwee Hwa tidak mati dibunuh, namun sama saja, ada orang yang menyebabkan ia sampai lari ke gurun pasir dan menemui kematiannya di sana.

Dengan singkat Sin Hong bercerita tentang penyelidikannya terhadap Lay-wangwe, orang yang dia curigai karena hartawan itulah yang mula-mula menemui ayahnya dan mengirim barang berharga itu.

“Kurasa hanya dialah satu-satunya orang yang nrengetahui persoalan ini, Paman, karena dia yang mengirim emas itu, dan dia pula yang menuntut ganti rugi sehingga perusahaan ayah berikut rumah dan seisinya disita. Akan tetapi, penyelidikanku gagal. Di kota raja tidak pernah ada seorang Lay-wangwe yang berkepala botak dan berperut gendut seperti itu.”

Kwee-piauwsu mengangguk-angguk.
“Aku juga mendengar tentang penyitaan itu dan menurut anak buahku, kini Peng-an Piauwkiok telah menjadi perusahaan pengawal yang baru, dengan rumah dan kantornya sudah dibetulkan menjadi cukup megah. Dan kabarnya, Ciu-piauwsu yang kini menjadi pengurusnya.”

Sin Hong mengangguk.
“Memang benar, Paman. Paman Ciu yang telah mencarikan seorang sahabat, atau keluarganya yang kaya untuk memberi pinjaman uang untuk membayar sebagian kerugian itu, dan kini karena perusahaan mundur dan tidak mampu bayar pinjaman, semua rumah dan kantor terjatuh ke tangan orang yang memberi pinjaman uang. Dan agaknya perusahaan itu diperbarui, dilanjutkan dan Ciu-piauwsu yang menjadi pemimpinnya, mengingat bahwa majikannya adalah keluarganya.”

“Orang yang kau sebutkan tadi, Lay-wangwe itu, pernah datang ke sini.“

“Ah, benarkah, Paman? Harap Paman ceritakan.!” Sin Hong memotong, mendapatkan harapan baru.

“Hal itu terjadi beberapa hari sebelum dia menyerahkan angkutan barang berharga yang harus dikawal ke Tuo-lun itu kepada ayahmu. Dia datang dan membawa peti besar yang tertutup rapat, minta kepadaku untuk mengawal ke Tuolun dengan janji upah besar. Aku menerimanya dengan syarat bahwa isi peti itu harus dibuka dan dihitung lebih dahulu. Dia menolak dan marah-marah karena aku dianggap tidak percaya kepadanya. Akhirnya aku mendengar dia mengirim barangnya itu melalui pengawalan Peng-An-piauwkiok.”

“Akan tetapi, apakah Paman mengetahui di mana dia tinggal?”

Seperti yang telah dikhawatirkannya, piauwsu itu menggeleng kepala.
“Kami semua tidak ada yang tahu, akan tetapi karena ada beberapa orang anak buahku pernah melihatnya, biarlah aku membantumu dengan menyebar mereka agar suka mencarinya. Seorang di antara mereka, baru dua hari yang lalu pernah mengatakan kepadaku bahwa si gendut botak itu nampak berkeliaran di kota ini.”

Sin Hong merasa girang sekali dan anak buah itu segera dipanggil.
“Memang saya melihatnya dua hari yang lalu, ia agaknya masih seperti dulu, seperti seorang hartawan besar, dengan pakaian mewah dan royal dengan uangnya.”

“Sekarang juga, ajak teman-temanmu yang pernah melihatnya untuk melakukan pencarian secara berpencar dan kalau menemukannya, cepat memberi kabar ke sini!”

Setelah orang itu pergi, Kwee Ci Hwa juga bangkit berdiri.
“Aku dulu juga melihatnya biar aku membantu mencarinya!”

Tanpa menanti jawaban, gadis itu lalu meloncat keluar. Sin Hong merasa tidak enak sekali.
“Ah, aku ternyata selain membikin ribut di sini, juga membikin repot saja, Paman Kwee”

“Jangan berkata begitu, Sin Hong. Sudah semestinya dalam hal seperti ini kita saling bantu.”

“Akan tetapi sampai nona.... eh, adik Kwee sendiri ikut repot.“

“Aku mengerti isi hatinya. tentu ia merasa tidak enak karena tadinya aku yang disangka sehingga ia ingin sekali membantu untuk membersihkan nama ayahnya. Engkau tunggu saja di sini malam ini sampai ada berita dari mereka tentang hasil penyelidikan mereka.”

“Terima kasih, Paman. Akan tetapi aku tidak berani mengganggu lebih lama lagi malam ini. Biarlah besok pagi saja aku datang lagi untuk mendengar keterangan hasil penyelidikan itu. Sekarang saya lebih baik pergi saja dulu.”

“Tidak ada yang terganggu, Sin Hong. Setelah terjadinya peristiwa ini, aku pun tidak akan dapat tidur lagi. Biarlah kita bercakap-cakap di sini sambil menanti mereka. Karena kota ini kecil saja kiranya tidak akan lama mereka mencari.”

Karena ditahan-tahan, Sin Hong merasa tidak enak juga kalau tidak mau menerimanya dan ketika mereka bercakap-cakap, dia mendengar kenyataan bahwa orang she Kwee ini memang memiliki sikap yang amat menyenangkan. Dia gagah dan jujur dan Sin Hong merasa tertarik sekali, juga semakin percaya karena orang seperti ini tidak mungkin melakukan kejahatan yang keji dan curang. Juga Kwee Tay Seng mempunyai pengalaman yang luas di dunia kang-ouw, mengenal tokoh-tokoh kang-ouw yang pandai.

Dalam ilmu kepandaian, pernah dia melihat ketika Kwee-piauwsu menghadapi amukan Ciu Hok Kwi dan dia tahu bahwa dalam hal ilmu silat, agaknya sukar dicari orang di daerah Ban-goan yang akan mampu menandingi piauwsu ini.

Karena mereka asyik bercakap-cakap, tak terasa waktu berlalu dengan cepatnya dan menjelang pagi, muncullah Kwee Ci Hwa dan dua orang anak buah piauwkiok.

“Ayah, kami telah menemukan dia!” kata gadis itu.

Sin Hong merasa berterima kasih sekali, apalagi melihat betapa gadis itu nampak kedinginan dan lelah.

“Ah, terima kasih! Dia berada di mana Nona?”

“Sin Hong, anakku yang hanya satu ini bernama Kwee Ci Hwa, harap engkau jangan sungkan-sungkan dan menyebut nona kepadanya,” kata Kwee-piauwsu yang diam-diam merasa suka kepada pemuda yang sederhana itu.

“Maaf, adik Ci Hwa, akan tetapi aku ingin sekali tahu di mana adanya si gendut botak she Lay itu.”

“Dia.... dia.... Gu-toako, engkau saja yang menerangkan,” kata gadis itu dan mukanya berubah merah.

Anak buah piauwkiok itu lalu menerangkan dengan jelas.
“Orang she Lay yang gendut botak itu sudah beberapa hari berada di Ban-goan dan agaknya memang hanya kalau malam saja dia berkeliaran keluar, kalau siang entah bersembunyi di mana. Kami menemukan jejaknya dan kini dia berada di rumah pelesir di ujung timur kota. Selama beberapa hari ini memang dia langganan di situ dan menurut penyelidikan kami, dia amat royal dengan uangnya, dan di sana pun dia dipanggil Lay-wangwe (Hartawan Lay) yang royal memberi hadiah kepada para pelacur.”

Kini mengertilah Sin Hong mengapa gadis itu malu untuk menceritakan, dan dia sendiri sungguhpun kelahiran kota itu, namun tidak tahu di mana letaknya rumah pelesir atau rumah pelacuran itu.

“Di manakah rumah itu? Ujung timur kota? Jauhkah dari jembatan merah?”

“Tepat di sebelah timur jembatan itu,” kata Kwee-piauwsu, “Hanya terhalang dua buah rumah. Rumah pelesir itu bercat merah, besar dan di depannya tumbuh sekelompok mawar.”

“Kalau begitu, aku akan pergi ke sana sekarang juga!” kata Sin Hong sambil bangkit berdiri dan menjura kepada Kwee-piauwsu, puterinya dan beberapa orang piauwsu yang tadi mencari jejak Lay-wangwe. “Terima kasih atas segala kebaikan Paman, juga engkau adik Ci Hwa, dan para saudara piauwsu yang telah membantuku.”

“Nanti dulu, Sin Hong” kata Kweepiauwsu, Engkau.... apa yang hendak kau lakukan terhadap orang gendut botak itu?”

“Akan kutangkap dia dan kupaksa mengaku tentang peristiwa yang terjadi.”

“Sin Hong, engkau tidak boleh memandang rendah mereka yang telah melakukan pembunuhan-pembunuhan terhadap ayahmu dan Tang-piauwsu itu. Mereka itu lihai dan berbahaya, dan siapa tahu kalau-kalau dugaanmu benar dan di belakang Lay-wangwe itu terdapat gerombolan jahat itu. Engkau harus berhati-hati.“

“Biarlah aku yang menemaninya, Ayah! Tan-toako, mari kutunjukkan engkau tempatnya dan aku yang akan membantumu kalau muncul orang-orang jahat itu!” kata Ci Hwa dengan gagah.

Tentu saja Sin Hong merasa semakin tidak enak dan melihat keraguannya, Kwee-piauwsu berkata, dengan suara yang tegas.

“Benar Ci Hwa, Sin Hong. Engkau boleh mengandalkan ia yang sudah memiliki ilmu silat cukup tinggi untuk membela diri dan juga membantumu. Nah, kalian pergilah, akan tetapi hati-hati dan jangan bertindak sembrono.”

Sin Hong tak dapat menolak lagi dan terpaksa dia bersama Ci Hwa lalu keluar dari rumah keluarga Kwee. Mereka berjalan berdampingan. Malam menjelang pagi itu dingin dan sunyi bukan main, juga agak gelap karena kini bulan sudah lenyap, tinggal bintang-bintang yang suram cahayanya.

“Siauw-moi (adik kecil), sungguh aku hanya membikin repot engkau saja,” karena merasa tidak enak oleh sikap gadis itu yang diam saja, Sin Hong bertanya.

“Ah, tidak, Toako. Bagaimanapun juga, aku merasa berkewajiban untuk ikut membantumu menangkap penjahat itu, yang telah membunuh ayahmu dan Tang-piauwsu, karena aku harus membersihkan nama ayah yang tadinya ternoda oleh dugaan bahwa ayah yang melakukan kejahatan itu.”

Sin Hong tidak bicara lagi, diam-diam dia kagum kepada gadis ini. Seorang gadis yang tidak banyak bicara, akan tetapi memiliki semangat besar, keberanian dan kegagahan.