Ads

Selasa, 05 Januari 2016

Suling Naga Jilid 049

Bu-beng Lo-kai mengangguk-angguk. Tentu saja dia sudah mendengar tentang putera dari Pendekar Naga Sakti Gurun Pasir itu!

“Panglima Kao Cin Liong adalah seorang di antara para sahabat baik saya, locianpwe. Ketika dia masih menjabat panglima, setiap ada keruwetan di istana saya dapat mengajaknya bertukar pikiran. Akan tetapi sekarang, ah, dia sudah lama sekali mengundurkan diri dan kini hanya menjadi seorang pedagang rempa-rempa di Pao-teng. Betapa saya amat merindukan nasihat-nasihatnya dalam keadaan seperti ini.” Pembesar itu menarik napas panjang.

Bu-beng Lo-kai makin suka kepada pembesar she Pouw ini. Kalau menteri ini sahabat baik bekas Panglima Kao Cin Liong yang terkenal itu, jelaslah bahwa dia memang seorang menteri yang baik dan bijaksana, dan dia merasa gembira dapat menjadi tamunya.

“Bagaimana Taijin dapat memastikan bahwa pembunuhan-pembunuhan yang dilakukan atas diri para pembesar itu adalah perbuatan kaki tangan Hou Seng?” tanyanya, ingin tahu sekali karena apa yang diceritakan oleh pembesar ini amat penting dan agaknya masih ada hubungannya dengan pengalaman Suma Lian.

“Mereka yang menjadi korban pembunuhan rahasia itu, semua terbunuh oleh orang-orang pandai yang tidak dilihat sepak terjangnya, hanya nampak bayangannya saja. Dan menurut penyelidikan, mereka yang tewas itu semua adalah orang-orang yang menentang kekuasaan Hou Seng, Bahkan mendiang Pangeran Cui Muda juga menentangnya karena merasa kalah bersaing dalam istana dan pangeran itu pernah menghinanya di suatu pesta.”

“Lalu apa yang akan Taijin lakukan?”

“Pembunuhan-pembunuhan gelap seperti ini tidak boleh didiamkan begitu saja!” kata menteri itu penuh semangat. “Seolah-olah pemerintah kita terdiri dari algojo-algojo yang boleh saja saling bermusuhan dan saling mengirim pembunuh. Bagaimana kalau nanti semua pembesar memelihara jagoan-jagoan untuk saling bunuh. Sudah terlalu banyak jatuh korban. Saya akan memberanikan diri menghadap kaisar dan menceritakan semua ini, dan kalau perlu saya akan temui Hou Seng dan akan saya tegur atas perbuatannya yang sewenang-wenang dan kotor itu!”

Bu-beng Lo-kai menarik napas panjang dan percakapan mereka terhenti dengan munculnya Suma Lian dan Li Sian. Mereka masuk sambil bergandeng tangan dan Suma Lian memberi dua buah apel merah kepada kakeknya.

“Kek, Li Sian ini baik sekali kepadaku dan kebun apelnya penuh dengan buah apel yang manis. Ini dua buah untukmu, kek. Aku sudah kekenyangan makan apel!“

“Hushh, bagaimana engkau menyebut namanya begitu saja? Ia puteri seorang menteri, setidaknya engkau harus menyebutnya siocia (nona)!” kata Bu-beng Lo-kai.

“Ia tidak mau, kek. Dan usia kami memang sebaya, akan tetapi aku lebih tua beberapa bulan maka ia malah menyebut enci kepadaku.”

Sementara itu, Li Sian berkata kepada ayahnya.
“Ayah, enci Lian ini pandai sekali! Menurut kakak-kakakku, enci Lian pandai silat dan ketika dicoba, semua kakakku kalah olehnya. Aku sendiripun dalam lima jurus saja sudah keok! Wah, ia lihai dan juga ia pandai menulis sajak. Sungguh seorang anak pengemis yang luar biasa, ayah. Aku menganggapnya sebagai saudaraku sendiri!”

Menteri Pouw mengangguk-angguk senang dan memandang kagum kepada Suma Lian.
“Bagus sekali kalau engkau dapat menghargai orang pandai, anakku. Ketahuilah bahwa ia adalah keturunan langsung dari keluarga Pendekar Pulau Es, tentu saja ia lihai sekali.”






“Ehh? Kakek memperkenalkan keluarga kita?”

Suma Lian memandang kepada kakeknya dengan mata terbelalak, seperti menegur. Kakeknya menggeleng kepala sambil tersenyum.

“Anak baik, nama keluargamu sudah amat terkenal di sini. Begitu engkau menyebutkan she (nama marga) Suma tadi, Pouw Taijin juga sudah dapat menduga bahwa engkau tentu keturunan dari Pendekar Super Sakti dari Pulau Es.”

“Dan engkau....” hampir saja Suma Lian memperkenalkan keadaan diri kakek itu sebagai mantu Pendekar Super Sakti, suami dari mendiang Puteri Milana yang terkenal sekali.

Kakek itu memotong,
“aku adalah Bu-beng Lokai dan tidak ada keterangan lain sebagai tambahan.”

Sunia Lian mengangguk. Saat itulah dipergunakan oleh Pouw Tong Ki untuk menyatakan hasrat hatinya.

“Locianpwe, kami mohon dengan hormat dan sangat kepada locianpwe, sudilah kiranya locianpwe memberi bimbingan kepada Li Sian, anak kami ini yang suka sekali akan ilmu silat, berbeda dengan kakak-kakaknya yang suka akan ilmu sastera”.

“Benar, kek, Li Sian ini lebih berbakat dari pada kakak-kakaknya dan ia juga minta belajar silat kepadaku. Akan tetapi aku sendiri masih belajar, bagaimana mungkin memberi pelajaran? Kalau kakek mau membimbingnya, bersamaku, betapa akan senangnya kami berdua untuk berlatih bersama dan aku yang memberi petunjuk kepadanya.”

Kakek itu tersenyum lebar akan tetapi tidak menjawab, melainkan memandang ke arah Pouw Li Sian dan dia melihat bahwa memang anak perempuan itu memiliki bakat yang baik, dapat dilihat dari gerak-geriknya.

“Ha-ha, setua aku ini mana bisa menerima murid? Kalau hanya sekedar petunjuk dan bimbingan saja, tentu dengan senang hati.“

“Li Sian, cepat berlutut dan menghaturkan terima kasih kepada locianpwe Bu-beng Lo-kai!” kata Pouw Tong Ki yang cerdik.

Li Sian juga seorang anak yang patuh dan cerdik. Ia sudah dapat mengerti bahwa kalau Suma Lian saja, sedemikian lihainya sehingga anak perempuan berusia dua belas tahun itu dapat mengalahkan kakaknya yang paling tua berusia Sembilan belas tahun secara mudah saja, maka apalagi kepandaian kakek dari Suma Lian! Tentu kakek ini seorang sakti!

Dan iapun pernah mendengar dongeng tentang para pendekar Pulau Es, tentang Puteri Nirahai, Puteri Milana yang pernah menjadi panglima-panglima perang kerajaan. Maka, mendengar perintah ayahnya, ia cepat menjatuhkan diri berlutut di depan kakek itu sambil berkata,

“Locianpwe, saya Pouw Li Sian menghaturkan terima kasih atas bimbingan locianpwe.”

Kakek itu tertawa senang.
“Ha-ha-ha, keluarga Pouw sungguh pandai merendah, dan kerendahan hati selalu menguntungkan seseorang, lahir maupun batin. Bangkitlah, anak baik. Suma Lian, ajak ia duduk, aku hanya akan memberi bimbingan, bukan mengangkat murid. Biarlah engkau belajar bersama-sama Suma Lian.”

Suma Lian merangkul sahabatnya itu dan diajaknya duduk. Dalam percakapan berikutnya, sambil tetap menggandeng tangan Suma Lian, Li Sian berkata kepada ayahnya,

“Ayah, aku sudah mengambil keputusan untuk belajar bersama enci Lian, baik belajar ilmu silat maupun ilmu baca tulis. Aku minta agar ia dan locianpwe ini suka tinggal selamanya di sini. Kalau mereka tidak mau dan akan pergi dari sini, aku akan ikut bersama mereka! Enci Lian sudah kuanggap enciku sendiri, ayah.”

Ayahnya hanya tersenyum dan memandang kepada Bu-beng Lo-kai yang juga hanya tersenyum melihat betapa dua orang gadis cilik itu begitu bertemu terus cocok sedemikian rupa. Padahal, keduanya memiliki watak dan sifat yang berbeda, bahkan mungkin berlawanan.
Suma Lian mempunyai watak yang periang, lincah jenaka dan suka bicara, bahkan agak nakal dan ugal-ugalan. Sebaliknya, Pouw Li Sian berwatak pendiam, tidak banyak bicara, sabar namun tegas. Keduanya memang sama-sama suka kagagahan, menentang hal-hal yang jahat, dan suka membantu orang-orang lemah. Keduanya memiliki jiwa pendekar!

Demikianlah, mulai hari itu, Bu-beng Lo-kai dan Suma Lian menjadi tamu kehormatan, bahkan dianggap warga dari keluarga Pouw yang ramah tamah itu. Kakek itu mendapatkan sebuah kamar dekat tuan rumah, sedangkan Suma Lian tidur sekamar di kamar Li Sian.

**** 049 ****







OBJEK WISATA MANCA NEGARA

 Istana Kekaisaran Tokyo
Istana Kekaisaran Tokyo
 Jembatan Gerbang Emas
Jembatan Gerbang Emas - Amerika
 Air Terjun Niagara
Air Terjun Niagara Prancis
 Grand Canyon
Grand Canyon Amerika
 Pasar Terbesar di Bangkok
Pasar Terbesar di Bangkok
 Taman Nasional Yellowstone
Taman Nasional Yellowstone - Amerika
Burj Khalifa - Dubai
Budj Khalifa Dubai
 Taj Mahal
Taj Mahal India
 Taman Nasional Yellowstone
Taman Nasional Yellowstone - Amerika
 Blackpool - Amerika
Blackpool Irlandia
 Taman Nasional Blue Mountain - Sydney
Taman Nasional Blue Mountain Sydney
 Jembatan Baja Terbesar di Australia
Jembatan Baja Terbesar di Australia
 Taman Nasional Kakadu Australia
Taman Nasional Kakadu Australia
 Danau Baikal Rusia
Danau Baikal Rusia
 Jembatan Baja Terbesar di Australia
Jembatan Baja Terbesar di Australia
 Musium Amir Temur Uzbekistan
Musium Amir Temur Uzbekista
 Biara Meteora Yunani
Biara Meteora Yunani
 Biara Meteora Yunani
Biara Meteora Yunani

===============================
 Biara Meteora Yunani

 Musium Amir Temur Uzbekistan